SELAMAT DATANG DI BERANDA MASJID BESAR AL-ATIIQ KAUMAN SALATIGA YANG MERUPAKAN MASJID TERTUA DI KOTA SALATIGA YANG MEMILIKI SEJARAH PANJANG DAN ERAT KAITANNYA DENGAN SEJARAH PERANG JAWA ATAU PERANG DIPONEGORO PADA TAHUN 1825-1830. MASJID INI DIBANGUN SEKITAR TAHUN 1247 H/1832 M (HAL INI BERDASARKAN DARI TULISAN DI MIHRAB MASJID) OLEH KYAI RONO SENTIKO YANG MERUPAKAN ABDI NDALEM KRATON SURAKARTA HADININGRAT PADA MASA KEPEMIMPINAN PANGERAN PAKUBUWANA IV YANG PADA SAAT INI BELIAU MENUGASKAN KYAI RONO SENTIKO SEBAGAI LASKAR PRAJURIT UNTUK MEMBANTU PANGERAN DIPONEGORO DALAM PERANG MELAWAN PENJAJAH BELANDA

PAP AL-ATIIQ

 


Pengajian Ahad Pagi (PAP) Al-Atiiq

Idarah binail ruhiy adalah pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat pembangunan umat dan kebudayaan Islam seperti dicontohkan oleh Rasulullah saw. Pengurus Ta’mir Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga di dalam hal pembinaan ruhani,memiliki berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:

Penyelenggaraan pengajian oleh Majelis Ta’lim  merupakan upaya memakmurkan masjid. Agar majelis taklim bisa berlangsung dengan baik, penyenggaraan majelis taklim dilaksanakan oleh Pengurus Masjid Bidang Pendidikan dan Peribadatan. Majlis Ta'lim  Ahad Pagi Masjid Besar al-Atiiq Kauman  Salatiga berdirinya dipelopori oleh Pengurus Ta'mir Masjid yakni K.H.M. Bakrie Tholchah (alm), dan Drs. H.M. Sjatibi berkerjasama dengan Kepala Kementerian Agama pada waktu itu yakni Drs. H. Masduqi (Boyolali) yang merupakan pelopor utama.[7] Mubaligh pada saat itu yakni K.H. Muchlisin (alm) (Semarang), K.H. Muhimin dan K.H. Duri Ashari (Semara-ng).

Pengajian ahad pagi awalnya diadakan setiap selapan (40 hari) sekali, dan sekitar tahun 1993-an tepatnya pada hari Ahad Kliwon, 29 Agustus 1993 atau bertepatan pada tanggal 11 Rabiul Awwal 1414 H atas usulan K.H. Muchlisin (alm) diadakan secara rutin tiap ahad dan berlanjut hingga sekarang.[8] Kegiatan tersebut mendatangkan para kyai, mubaligh/ mubalighah,  dan da’i/da‘iyah dari berbagai daerah antara lain. K.H. Duri Ashari, K.H. Ma'mun al-Haffidh, K.H. Ahmad Agus Suaidi al-Haffidh, Lc.MA,  K.H. Zaenuri, K.H. Thoyib Farkhani al-Haffidh,  Dr. Miftahuddin, M.Ag,, H. Ainul Yaqin, K.H. Moh. Sholeh, K.H. Sholiminuddin,  K.H. Mustaghfirin Asror, H. Fauzi Arkhan,M.Ag, H. Luthfi Chakim, Lc, Hj. Wasiqoh Fahrudin, K.H. Samsuri (alm), K.H. Fathoni (alm), Hj. Tien Masduqi, Dr. Sa’adi, M.Ag, Dr. H. Mubasirun, M.Ag, Drs. H. Badwan, M.Ag,  Chusnul Qirom, S.Ag, K.H. Ahmad Tajuddin al-Haffidh, K.H.R.A. Musaffaq Salim, S.Ag (Ki Joko Kendil)
dan masih banyak kyai/mubaligh/da’i laiinya.[9]

Pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan setiap Ahad pukul 07.00-09.00 dengan rangkan acara yang dimulai dengan pembukaan kemudian pembacaan tahlil dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an dan sambutan-sambutan setelah itu mau’idhotul hasanah dan doa penutup. Adapun petugas-petugas dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Muhammad Abdul Basyir Zakariya, Imam Daelami, Wahyu Gumelar, S.H. , Mustain, S.Pd.I,  Sutadji, Abdul Basith, Djumadi, Mawardi Tholchah, Edi Setiyanto, Wiwin Wigatiningsih, S.Pd.I. Mustaqimah, S.Pd.I., Umi Makrifah dan dibantu Jam’iyatul Qurro’ Wal Huffadh Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga.